Selasa, 28 Oktober 2014

Street Photography: Bermodal Dengkul, Mental & Alat Tempur


Jakarta - Berjalan sepanjang hari menyusuri kota yang masih asing pastinya pegal dan lelah. Akan tetapi rasa lelah tersebut bisa begitu saja hilang saat menemukan kejutan mendadak dan tidak terduga. Adegan yang spontan, menarik dan menjadi istimewa untuk ditangkap.

Gambaran sekilas itu mudah diperoleh saat berburu foto di jalanan dengan berbagai aktifitasnya. Terlebih di jalanan yang melibatkan berbagai macam profesi melintas. Dengan tumpukan masalah yang membebani masing-masing individu.

Mau tak mau, foto-foto yang dihasilkan makin beragam dengan ekspresi yang unik. Dan yang terpenting, foto-foto jalanan mampu menangkap dinamika sosial, perubahan fashion, landscape kota dan tren yang terus berubah.

Street Photography, begitu kemudian aliran fotografi ini dikenal, selalu terlihat dinamis dan tidak membosankan. Satu fotografer dengan fotografer lain bisa menghasilkan cerita berbeda meski memotret pada rute yang sama.


Suasana Times Square Garden yang menyenangkan.


Pemain saxofone jalanan di Central Park.

Lantas, bagaimana menghasilkan foto-foto street photography dengan maksimal?

1. Fisik Prima

Siapkan fisik prima. Terutama untuk menghadapi trek keliling kota modal dengkul yang melelahkan. Bisa jadi, 2 atau 4 jam pertama begitu bersemangat. Akan tetapi jangan sampai loyo pada jam-jam berikutnya.

Belum lagi harus naik-turun jembatan penyeberangan atau stasiun kereta bawah tanah. Udara yang panas atau sebaliknya bisa berubah dingin dengan drastis. 

Tas kamera yang tadinya ringan lama-kelamaan makin terasa berat. Konsentrasi mata yang mulai tak bisa fokus meng-capture foto karena kelelahan.

Latihan fisik sebelum hunting street photography sepertinya wajib. Terutama bagi para fotografer yang tidak begitu sering menghadapi kondisi lapangan yang berubah-ubah. 

Bisa dengan rajin olahraga dan mengkonsumsi makanan yang sehat. Kalau memang suka jalan, naik gunung dan aktivitas outdoor, itu menjadi modal yang kuat menghadapi street photography.

Menyimpan cadangan air mineral yang mencukupi saat street photography sangat diajurkan. Tidak lain untuk menghindari dehidrasi yang tidak disadari. Bila perlu, mengkonsumsi sejumlah multivitamin sebagai suplemen tambahan.

2. Ă…lat Tempur Efisien

Bawalah peralatan kamera seefisien mungkin. Apakah perlu membawa lensa tele dengan kamera pro yang mempunyai bodi super besar dan berat? Ataukah cukup dengan kamera prosumer atau mirrorless yang ringan namun bisa diandalkan?


Kota Manhattan dilihat dari kapal yang membawa turis menuju Patung Liberty.


Bincang di pagi hari dipotret dari bus yang membawa turis.

Bagaimana dengan peralatan tambahan seperti tripod, variasi lensa yang beragam dan tas kamera yang tasnya sendiri sudah lumayan berat. Belum lagi aksesoris tambahan yang bila dihitung-hitung makin menambah beban pundak memanggul tas kamera keliling kota seharian.

Fotografer sendiri yang bisa menjawab pilihan-pilihan tersebut. Kalau memang fisik memungkinkan dan dijamin kuat, segala peralatan bisa ditenteng ke mana-mana. Atau bisa dengan meninggalkan sebagian peralatan di safety boxhotel. Dapat juga dengan membawa tas kamera yang mempunyai roda kecil seperti travel bag.

Pada prinsipnya jangan sampai kegiatan memotret direpotkan dengan peralatan yang dibawa. Pastikan street photography menjadi hal yang menyenangkan sehingga menghasilkan gambar yang memuaskan.

Selain itu, di beberapa tempat, membawa peralatan berlebih bisa jadi cukup 'mengintimidasi'. Subjek foto menjadi merasa terganggu dengan kamera atau lensa besar. Akan tetapi di tempat yang sudah biasa dengan kamera seperti di Jepang, memotret dengan kamera dan lensa segede apapun sudah dianggap biasa dan tidak mengganggu.

3. Ketersediaan Memori

Siapkan memori kamera terbesar yang dipunyai, mengisi baterai secara penuh. Bila perlu menyediakan baterai tambahan untuk berjaga-jaga. Sebab, bukan tidak mungkin kamera bakal on atau standby terus-menerus sepanjang hari.

Beberapa fotografer mengantisipasi dengan memotret menggunakan file RAW. Sebagian lain cukup dengan jpeg atau perpaduan keduanya. Pilihan ini tergantung kebutuhan dan seberapa penting momen foto jalanan tersebut bagi fotografer.

4. Sopan

Meminta izin sebelum motret terutama pada subjek personal (portrait). Etika ini semacam sopan-santun universal yang patut dilakukan oleh siapapun, tidak cuma memotret. Kalau yang hendak difoto enggan dijepret, fotografer pun tidak bisa memaksa.



Menunggu di salah satu persimpangan di Fifth Avenue.



Sebagai catatan, mencuri-curi foto (candid) di sejumlah kota dianggap tidak sopan dan merusak privasi. Bahkan, dalam beberapa kasus, bila yang di-candid adalah anak kecil yang tidak Anda kenal, dapat berurusan dengan hukum secara serius.

Di beberapa tempat, fotografer malah ditodong untuk membayar sejumlah uang terlebih dahulu oleh calon subjek foto. 

Bila itu terjadi, tergantung kepiawaian fotografer berkomunikasi. Apakah dengan model SKSD (sok kenal sok dekat) ataukah dengan memberi sejumlah uang terlebih dahulu untuk bisa memotretnya. Bisa jadi justru tidak memotret sampai menemui orang yang ikhlas difoto tanpa bayaran.

5. Fokus, fokus dan fokus! 

Saat street photography, mata harus jeli dan terbiasa menangkap bentuk dan pola komposisi menarik meski hanya sekelebat. Kamera yang selaluon/standby patut dioperasikan supaya tidak kehilangan momen.

Kemampuan teknis dan non teknis benar-benar diasah pada foto-foto street photography. Yakni bagaimana menangkap momen dengan cepat tanpa mengabaikan angle dan komposisi. Pada momen seperti ini, kecerdikan fotografer sangat diandalkan.

Biasanya, sejumlah fotografer bakal meriset terlebih seputar rute/tempat yang bakal dilalui. Apakah dipenuhi PKL ataukah hanya lalu-lalang wisawatan. 

Bagaimana pula dengan karakter orang-orangnya, kebiasaan umum di tempat itu dan keamanan di lingkungan yang bakal dipotret. Bagaimana dengan cahayanya, apakah patut di pagi hari ataukah lebih bagus sore hari.

Tujuannya supaya terlihat gambaran umum. Sehingga saat eksekusi di hari H tidak terlampau kaget dan menguasai medan dengan baik.

6. Sabar

Terkadang, sudah menemukan spot yang menarik namun tidak ada subjek yang melintas. Atau sudah ada yang melintas namun warna bajunya kurang menyolok sehingga mengurangi nilai fotojeniknya. Maka menunggu dan menunggu dengan sabar menjadi bagian yang tak terpisahkan. 

Dalam kasus lain, bisa jadi spot dan subjeknya sudah oke. Tapi kok jauh lebih menarik bila dipotret sore hari sehingga tersebut mendatangi tempat ini lagi.

Bagaimana dengan faktor cuaca seperti hujan yang bisa saja turun dengan deras. Kesabaran menanti benar-benar menjadi bagian yang menarik untuk memperoleh satu-dua lembar foto yang berharga.

Dengan segala tantangan di atas, street photography semakin menarik dalam dunia fotografi modern -- setidaknya bagi sebagian fotografer. Bagaimana dengan Anda?


Ari Saputra - detikinet
Kamis, 23/10/2014 10:17 WIB






1 komentar: